Pengalaman, banyak pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Kalau dalam bahasa Inggris “Experience is the best teacher” . Mayoritas manusia yang sukses adalah berkat pengalaman yang sangat berharga dalam hidupnya. Mulai sekarang, sahabat pembaca harus memahami arti sesungguhnya dari PENGALAMAN. Jangan pernah mengabaikan pengalaman berharga yang menghampiri anda. Sambutlah ia dengan lapang dada karena ia mampu menuntun anda menuju jalan yang terbaik. Namun, semua itu tak lepas dari kehendak Allah subhanallahu wa ta’ala.
Berbicara tentang pengalaman,
pada bulan Mei tahun 2011 lalu saat saya masih duduk di kelas 1 aliyah. Pondok
Pesantren Al-Amin Sooko Mojokerto, itulah tempat saya menimba ilmu selama 6
tahun, hingga saya merasakan bahwa itu adalah tempat tinggal saya sendiri.
Empat tahun yang lalu, saya
diberi kesempatan yang sangat berharga yakni menjadi peserta Musabaqah Qiroatul
Kutub III se-Jawa Timur bidang Ushul Fiqh tingkat Wustho. Pada saat itu,
musabaqah bertempat di PP Nurul Qadim Paiton Probolinggo. Lokasinya di pesisir
pantai sehingga udara disana sangat panas. Panas bercampur semilir angin laut. Airnya
pun terasa asin. Kalau dibuat membilas sabun, uuuuhh susah sekali hilang sabunnya.
Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan dari tempat tersebut. Mulai
kesederhanaan, kekeluargaan, persaingan secara sehat, dan lain sebagainya.
Musabaqah berlangsung selama 5
hari. Agendanya mulai dari pembukaan MQK III, tahap seleksi, final , dan
penutupan serta pengumuman peserta terbaik masing-masing bidang ilmunya.
Sebelumnya saya telah mempersiapkan semuanya dengan persiapan yang terbaik
dengan dibimbing oleh Ustadz Hanafi selaku Nadhir Pesantren saya. Sungguh beliau
adalah penyemangat saya dalam mengikuti musabaqah ini. Beliau sangat berharap
saya berhasil, namun juga terkadang pesimis dengan harapan beliau sendiri. Karena
melihat peserta yang kemampuannya jauh tinggi daripada saya. Apalagi saya
perdana menjadi peserta.
Tahap seleksi telah berlalu. Saya
menanti-nanti pengumuman calon finalis. Namun pada sore hari, salah satu ustadz
mengirim sms ke salah satu peserta bidang lain namun sama pesantren. Sms itu
berbunyi, “Alif urutan ke-5”. Berdebar jantung saya mendengar ucapan tersebut. Secara
otomatis saya masuk final, karena final diambil 6 peserta terbaik waktu
seleksi. Seketika itu saya yang awalnya mau tidur siang, tak bisa. Langsung saya
lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dari situ saya kembali membuka
kitab saya demi mengulang materi yang sudah saya pelajari.
Hari yang ditunggu telah tiba “Hari
H final MQK III”. Masih saja terdapat pembicaraan miring. Saat itu terdengar
rumor bahwa yang ikut final adalah urutan 1 sampai 3. Saya sempat bahagia
karena tak perlu mengikuti rangkaian seleksi lagi, tak perlu menjawab
pertanyaan juri yang luar biasa.